STRATEGI PENANGANAN REVITALISASI KELURAHAN KAUMAN YANG TELAH DILAKUKAN

Kelurahan Kauman perlu segera mendapatkan penanganan revitalisasi, dengan alasan supaya :

· Budaya dan kawasan tradisional khasnya tidak segera hilang, mengingat wilayah tersebut merupakan wilayah perdagangan yang sangat potensial sehingga mengalami perubahan yang sangat cepat untuk dirubah menjadi pertokoan/perdagangan yang modern.

· Masyarakat mampu merawat bangunan tua yang dimilikinya secara mandiri.

· Kwalitas lingkungan meningkat dan wisatawan tertarik untuk berkunjung ke wilayah tersebut.

· Kawasan dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dan usaha dengan lebih optimal.

Penulis yang tergabung dalam Team Pengabdian Pada Masyarakat Jurusan Arsitektur FT. UNS semenjak Maret 2006 telah melakukan Program Pendampingan (sebagai upaya Revitalisasi Kawasan) terhadap Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, langkah-langkah yang direncanakan untuk membangkitkan kembali wilayah ini adalah :

1) Target jangka pendek : Menghidupkan kembali usaha batik di wilayah tersebut.

Dengan hidupnya kembali usaha batik diharapkan dapat memicu tumbuhnya iklim usaha di kawasan tersebut, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat merawat rumah/bangunan kuno dan lingkungannya secara mandiri secara berkelanjutan.

2) Target jangka menengah : Membangkitkan kembali nafas Kauman sebagai kampung santri.

Merevitalisasi dan memelihara bangunan kuno religius di kawasan ini dengan lebih optimal sehingga kegiatan keagamaan bisa berjalan lebih baik dan menarik.

3) Target jangka panjang : Mengangkat Kauman sebagai Kampung Wisata.

Dengan kekhasan budaya santri, bangunan kuno dan industri batiknya, Kauman diharapkan menjadi tempat tujuan wisata khusus yang tidak dijumpai di tempat lain.

Langkah-langkah tersebut di atas diikuti dengan upaya perencanaan dan penataan fisik lingkungan sebagai berikut :

1) Jangka pendek :

· Perencanaan penataan lingkungan bertahap

· Perbaikan jaringan air hujan dan air limbah

· Pembuatan heritage walk ”marga lestari”

2) Jangka menengah :

· Perencanaan penataan lingkungan menyeluruh

· Manajemen lalu lintas

· Penataan jalan dan parkir

3) Jangka panjang :

· Penyediaan open space dan fasilitas lingkungan lainnya

· Pemeliharaan rumah/bangunan kuno dan lingkungan secara mandiri berkelanjutan.

Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh penulis (team pendamping Jurusan Arsitektur) baru mencapai tahap awal/jangka pendek, yaitu antara lain :

1) Non Fisik :

· Menyadarkan masyarakat setempat akan potensi yang dimiliki oleh kawasannya, supaya masyarakat dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki kawasannya dengan lebih optimal dan tidak cenderung merusak rumah/bangunan kuno yang dimilikinya.

· Promosi kepada masyarakat luas melalui mass media cetak dan elektronika (TV dan radio nasional maupun internasional), serta ikut berpartisipasi pada kegiatan seminar/pameran/diskusi yang berkaitan dengan pelestarian kawasan.

· Bekerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan.

2) Fisik :

Pembuatan DED penataan infrastuktur dan pembuatan heritage walk (“Marga Lestari”) dilaksanakan dalam penanganan fisik tahap I Kauman dengan alasan sebagai berikut :

· Di wilayah bagian tengah Kauman hanya terdapat saluran limbah domestik yang dibuat oleh Pemerintah Belanda pada masa lalu yang ditanam di Jl. Wijaya Kusuma sedalam 1m, dan berdimensi lebih kecil pada saluran cabang-cabangnya. Saluran tersebut terbuat dari plempeng tanah, belum diperbaiki lagi selama lebih dari 30 tahun, dengan kondisinya sudah banyak yang tersumbat, pecah-pecah dan merembes kemana-mana sehingga mencemari sumur warga.

· Di wilayah bagian tengah Kauman sama sekali belum terdapat saluran drainasi, air hujan mengalir di jalan tak terkontrol, menyebabkan banjir dan genangan di beberapa tempat hingga kering dengan sendirinya.

· Masih ada beberapa penduduk yang aktif memproduksi batik, akan tetapi belum tersedia jaringan limbah industri yang khusus. Limbah dialirkan ke saluran interceptor PDAM atau ke selokan umum sehingga mencemari lingkungan dan mendatangkan kecaman umum atau ancaman sanksi dari pemerintah. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi masyarakat untuk mengembangkan kembali usahanya. Perlu disediakan jaringan limbah industri yang khusus/terpisah, sehingga aman bagi lingkungan dan masyarakat bisa lebih leluasa untuk mengembangkan kembali usahanya. Ada upaya dari masyarakat untuk mengurangi pencemaran ini yaitu dengan jalan menggunakan bahan pewarna batik yang alami, terbuat dari daun mangga, daun pace dan sebagainya.

· Di kanan-kiri Jl. Wijaya Kusuma dan Jl. Cakra terdapat rumah-rumah kuno pengusaha batik dan langgar. Sebagian rumah mempunyai lojen untuk showroom dan masih aktif memproduksi batik. Jl. Trisula VII menghubungkan Masjid Sememen dengan Langgar Winongan.

· Ke dua usulan yang dikemukakan sudah dibicarakan bersama antara pihak Arsitektur UNS sebagai pendamping dengan Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat dari hasil rembug warga.

· Heritage walk dibuat sedemikian rupa sehingga nyaman, teduh dan menarik untuk tempat berjalan sambil melihat-lihat/mengamati wilayah heritage di kiri-kanannya.

· Perlu dibuat gapura di Jl. Wijaya Kusuma yang mempunyai akses langsung dari Jl. Slamet Riyadi sehingga perlu diberi penanganan yang lebih menonjol/menarik supaya orang tertarik untuk mengunjungi Kauman dari arah jalan tersebut, demikian juga Jl. Masjid Besar yang mempunyai akses langsung dari Kraton, Alun-alun Utara dan Masjid Agung.

· Penanaman pohon penghijauan senagai peneduh tidak memungkinkan ditanam di sepanjang Jl. Wijaya Kusuma, Jl. Trisula & Jl. Cakra mengingat :

a) Lebar jalan hingga ke pagar dinding rumah penduduk di Jl. Wijaya Kusuma hanya + 3,8 m, Jl. Trisula VII bagian Selatan + 1,5 m bagian Utara (depan Masjid Sememen ke Utara) + 4 m, sedangkan di Jl. Cakra hanya + 2,3 m.

b) Pagar dinding/tembok rumah penduduk tidak mungkin dimundurkan lagi karena di sepanjang jalan tersebut dipenuhi oleh bangunan kuno yang apabila dihancurkan maka akan menghilangkan/merusak nafas & ciri khas Kauman sebagai kampung lama.

Oleh karena itu dibuat pergola-pergola tempat merambat tanaman, sehingga tidak merusak bangunan akan tetapi lingkungan bisa tetap hijau.

Hasil-hasil yang telah dilaksanakan/dicapai oleh masyarakat Kauman adalah sebagai berikut :

1) Hasil Non-Fisik :

a) Membuat KUB simpan pinjam.

b) Membuat bulletin batik bulanan, dengan dana individu/swadaya masyarakat.

c) Pelatihan-pelatihan

d) Liputan Mass Media local/nasional/internacional

e) Dipergunakan sebagai ajang kegiatan acara-acara local/nasional/internacional.

2) Hasil Fisik :

a) Membuka Museum Batik, dengan dana individu/swadaya.

b) Membuka showroom baru (semula ada 4, sekarang menjadi 15).

c) Bertambahnya jumlah pengusaha yang aktif kembali (semula tinggal 8, berkembang menjadi 70).

d) Bersama dengan pendamping dari Arsitektur UNS, membuat buku berjudul “Kauman Religi, Tradisi dan Seni”, dengan dana block grant.

e) Tamanisasi sederhana dan papan nama jalan, dengan dana bantuan dari Pemerintah Kota.

f) Pembuatan taman gantung di atas jalan, dengan dana swadaya.

g) Pembuatan & pemasangan heritage information di Jl. Wijaya Kusuma.

Perkembangan secara fisik yang signifikan belum begitu terasa, akan tetapi optimisme kebangkitan kembali berkelanjutan Kauman di masa mendatang sangat besar, mengingat motivasi pemberdayaan masyarakat justru muncul dari kalangan generasi muda.